“Kategori Macam Manusia dan Paradoksnya”
Penulis : Chibban ALSWA (chibban muhammad)
Logika yang di buahkan oleh tingkah laku dan perasaan sudah berjalan sejak zaman dimana kebenaran bisa di maknai itu adalah kebenaran. Sehingga apabila manusia sudah menemukan kebenaran maka akan tumbuh wisdom (kebijaksanaan), akan tetapi hal ini bertolak belakang apa yang dikatakan oleh imam ghazali sebagai awal manusia menemui jalan ketertipudayaan, yang pada hakikatnya “manusia yang merasa akan dirinya mempunyai dan menilai bahwa dirinya benar, maka dia sudah tersesat. Merasa benar padahal salah, merasa bijak padahal sesat”
Muallif dari kitab yang penulis maksud merupakan salah satu rujukan para ulama dalam bidang tasawwuf masyhurnya, mempunyai gelar hujjatul al-islam. Beliau bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (450 H-505 H).
Kembali pada rujukan kitab di atas, imam ghazali membagi kategori makhluk, perlu diketahui makhluk yang di maksudkan adalah sesuatu ciptaan allah yang mempunyai tanda kehidupan dalam diri ciptaanya tersebut. Imam ghazali membagi 2 kategori makhluk yaitu : 1.) hewan 2.)ghoiru hayawan (lain daripada hewan). Menurut imam ghazali, manusia termasuk dalam kategori yang pertama yaitu hewan. Mengapa imam ghazali mengatakan hal demikian? Jawabnya adalah bahwa manusia tidak lebih jauh dari hewan, mempunyai akal akan tetapi tidak digunakan.
Imam Ghazali juga membagi kategori hewan yang dimaksudkan yaitu: 1.) mukallaf (orang yang sudah mempunyai tanggung jawab) 2.) muhmal (belum mempunyai beban). Sedangkan mukallaf pun terbagi menjadi dua macam yaitu : 1.) mukmin (orang yang beriman) 2.) kafir (orang yang beringkar pada allah). Mukmin pun dalam pendapat imam ghazali masih bisa dikategorikan dalam dua macam yaitu 1.) Ta’at (patuh) 2.) Durhaka. Ta’at masih bisa dibagi menjadi dua macam yaitu: 1.) pandai 2.)bodoh , sedangkan durhaka pun mempunyai kategori dua macam yaitu : 1.)pandai 2.) bodoh.
Dari rumusan kategori di atas mempertegas bahwa orang kafir dan orang mukmin sama porsinya untuk menemukan kesesatan dalam hidupnya. Imam ghazali menerangkan bahwa ketertipuaan orang kafir terletak pada terpedaya dengan kehidupan dunia. Pernyataan para filsuf matearilistik mengatakan bahwa “pembayaraan kontan itu lebih baik dari pada pembayaraan yang ditangguhkan” perkataan tersebut lantas di tanggapi imam ghazali dengan dua jenis jawaban, yang pertama yaitu Tasqiq Naqli (Q.S Al-Qasash :60), (Q.S Ali imran : 185) dan (Q.S. Al-Hadid :20), akan tetapi jawaban dalil tidak akan menjawab para filsuf materialistik, jawaban yang kedua yaitu menggunakan logika atau Burhan Aqli “kalau nilai pembayaraan sama memang demikian, lantas bagaimana kalau yang ditangguhkan itu nilainya lebih tinggi?.
Kemudian ketertipuaan orang mukmin yaitu terlalu bersandar kepada ampunan allah, sehingga menganggap dosa kecil atau pun besar bisa terampuni kelak. Hal ini yang menjadikan orang mukmin tersesat oleh pikiran yang cacat demikian, sehingga timbul rasa mengentengkan atas syariat yang sudah ditetapkan oleh allah. Selanjutnya yang membuat orang mukmin termakan tipu daya yaitu sifat raja’(harapan) yang berlebih tanpa usaha untuk megimbangi apa tujuan yang ingin digapai. Imam ghazali mengatakan bahwa “ Raja’ tanpa di dahului amal pastilah tipu daya, karena sifat raja’ berfungsi menyejukkan rasa takut”
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon